I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad
renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi
jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad
renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi.
Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk
paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hastowo,
1992).
Sterilisasi dilakukan agar peralatan
atau medium bebas dari gangguan mikroorganisme yang tidak diharapkan dan dapat
menimbulkan gangguan. Untuk proses sterilisasi peralatan dan medium diperlukan pengetahuan tentang cara-cara atau teknik sterilisasi yang benar, karena
setiap peralatan dan medium yang dipergunakan mempunyai teknik sterilisasi yang
berbeda (Hadioetomo, 1985).
Oleh karena itu dalam pekerjaan mikrobiologi baik untuk
praktikum maupun untuk penelitian, bekerja steril merupakan syarat utama untuk
berhasil atau tidaknya pekerjaan kita.
B. Tujuan
dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui prosedur
sterilisasi alat yang digunakan di laboratorium.
Sedangkan kegunaan dari
praktikum ini adalah agar praktikan dapat memahami
pentingnya proses sterilisasi dan dapat mempraktekannya di laboratorium.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
panas, penyaringan, radiasi, dan penambahan bahan kimia. Sedangkan sterilisasi
dengan cara panas dapat dilakukan dengan panas basah, panas kering, pemanasan
bertahap dan perebusan.
1.
Pemanasan basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan
bersama-sama dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam
autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air
jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985).
Cara pemanasan basah dapat membunuh jasad renik atau
mikroorganisme terutama karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi
protein, termasuk enzim-enzim didalam sel (Fardiaz, 1992).
2.
Pemanasan kering
Dibandingkan pemanasan
basah, pemanasan kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi
serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban
maka tidak ada panas laten (Hadioetomo, 1985).
Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan
oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992).
Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air
yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang
digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah (Lay
dan Hastowo, 1992).
Pemanasan kering sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat
gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-1800C
selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992).
3.
Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia
tahan terhadap uap 1000C (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap
(tindalisasi) dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan
uap selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi
diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi
menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya
(Fardiaz, 1992).
4. Perebusan
Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air
pada suhu 1000C selama beberapa menit. Pada suhu ini sel
vegetatif dimatikan, sedang spora belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo,
1992).
Beberapa bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini,
misalnya Clostridium perfringensdanClostridium
botulinum tetap hidup meskipun direbus selama beberapa jam (Lay dan
Hastowo, 1992)
5. Penyaringan
Penyaringan adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada
suhu kamar. Sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk bahan yang peka
terhadap panas misalnya serum, urea dan enzim (Lay dan hastowo, 1992). Dengan
cara penyaringan larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup
dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian
kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya,
sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril (Hadioetomo,1985).
6. Radiasi ionisasi
Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang
jauh lebih tinggi daripada sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya
desinfektan yang lebih kuat. Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar
gamma yang dipancarkan dari kobalt-10 (Fardiaz, 1992). Radiasi dengan sinar
gama dapat menyebabkan ion bersifat hiperaktif (Lay dan Hastowo, 1992).
7. Radiasi sinar ultra
violet
Sinar ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek
memiliki daya antimikrobial yang sangat kuat. Daya kerjanya adalah absorbsi
oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan sel. Kerusakan
tersebut dapat diperbaiki bila disinari dengan berkas yang mempunyai gelombang
yang lebih panjang (Lay dan Hastowo, 1992).
8. Penambahan bahan kimia
Menurut Lay dan Hastowo (1992), bahan yang menjadi rusak
bila disterilkan pada suhu yang tinggi dapat disterilkan secara kimiawi dengan
menggunakan gas. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain :
1). Alkohol, daya kerjanya
adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum digunakan berkonsentrasi
70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif.
2). Khlor, Gas khlor dengan
air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan mengkoagulasikan protein
sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim.
3). Yodium, daya kerjanya
adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam emzim atau protein
mikroorganisme.
4). Formaldehida 8 %
merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar
mikroorganisme. Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein
mikrobia.
5). Gas etilen oksida, gas
ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari plastik.
Sterilisasi dengan bahan
kimia digunakan alkohol 70 %. Menurut Gupte (1990), etil alkohol sangan efektif
pada kadar 70 % daripada 100 % dan ini tidak membunuh spora. Sterilisasi dengan
alkohol dilakukan pada proses pembuatan kultur stok dan teknik isolasi. Alkohol
70 % disemprotkan pada tangan praktikan dan alat-alat seperti makropipet dan mikropipet.
Menurut Volk dan Wheeler (1988), alkohol bila digunakan pada kulit kontaknya
terlalu pendek untuk menimbulkan banyak efek germisida dan alkohol segera
menguap karena sifatnya mudah menguap. Namun alkohol dapat menyingkirkan
minyak, partikel debu, dan bakteri.
III. METODE PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Selasa22 Maret 2011, pukul 09.20-12.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Laut,
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan
petri, tabung reaksi, gelas kimia sebagai alat yang ingin disterilkan dan oven
sebagai alat untuk mensterilkan alat.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kertas bekas untuk
membungkus cawan petri dan gelas kimia, aluminium foil untuk membungkus tabung
reaksi yang berisi medium, kertas label untuk member label pada
tabung reaksi dan karet untuk mengikat mulut dari
gelas piala yang ditutup oleh aluminium foil dan kertas bekas.
C. Prosedur Kerja
Adapun cara kerja dari
percobaan ini adalah :
a. Sterilisasi kering
Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan seperti cawan petri, kertas bekas. Kemudian
langkah selanjutnya yaitu membungkus cawan petri dengan kertas bekas setelah selesai dibungkus dengan kertas
kemudian memasukkan
ke dalam oven dengan suhu 180OC selama 1,5-2 jam.
b. Sterilisasi uap air
bertekanan Autoclave
Menaruh tabung reaksi
yang berisi mediumNatrium Agar(NA) danNatrium
Broth(NB) ke dalam gelas piala kemudian tutup dengan aluminium foil
dan kertas bekas lalu diikat dengan
menggunakan karet.Setelah itu dimasukkan
ke dalam autoclave dengan suhu 121 OC dan
tekanan 15 lb (2 atm),kemudian
tunggu beberapa menit (selama 15 menit).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah melakukan sterilisasi kering dan uap air bertekanan
maka alat dan bahan praktikum sudah steril dan dapat digunakan dalam percobaan
laboratorium
B. Pembahasan
Pada praktikum strerilisasi
ini digunakan dua metode sterilisasi yaitu sterilisasi kering dan
sterilisiasi basah. Menurut Lay dan Hastowo (1992), pemanasan kering dapat
dilakukan menggunakan oven dengan suhu 160-180°C selama ±1,5 - 2 jam dengan
sistem udara statis. Sterilisasi
kering ini dilakukan untuk alat-alat gelas yang tahan terhadap panas, misalkan
cawan petri. Beberapa keuntungan yang didapatkan dari sterilisasi kering ini
adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan serta
caranya yang relatif sederhana.
Sedangkan pada
sterilisasi basah menurut Lay dan Hastowo (1992) biasanya dilakukan didalam
autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air
jenuh bertekanan pada suhu 121°C selama ± 15 menit. Sterilisasi basah ini
dilakukan untuk bahan yang tidak terlalu
tahan pada kondisi panas seperti media kaldu ataupun media agar.
Beberapa keuntungan yang didapatkan dari sterilisasi basah yaitu dapat membunuh
jasad renik atau mikroorganisme terutama karena panas basah, tetapi juga ada
beberapa kekurangan yang diakibatkan oleh sterilisasi bash ini, misalkan dapat
menyebabkan denaturasi protei ndan
enzim-enzim didalam sel.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini
adalah sterilisasi kering menggunakan oven
sedangkan sterilisasi dengan uap air bertekanan (sterilisasi basah) menggunakan
autoclave,
serta alat yang sudah disterilkan dapat langsung digunakan.
B. Saran
Kalau bisa tidak usah ada laporan
sementara dalam Laboratorium. Karena waktu untuk praktek tidak begitu banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
Fardiaz Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT.Gramedia.Jakarta
Lay, B. W. dan Hastowo. 1982. Mikrobiologi. Rajawali Press Jakarta.
Volk, W.A. dan Wheeler, M.F. 1988. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga.
Jakarta
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT
STERILISASI
NAMA : STEVEN
NIM : L111 09 265
KELOMPOK : DUA (2)
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI LAUT
JURUSAN
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
membantu sekali infonya kak
BalasHapusberita olahraga