(DUGONG dan MANATEE)
OLEH
KELOMPOK 3
STEVEN
ANDI MAHATIR
EKA LISDAYANTI
AZMI UTAMI PUTRI
JUMNIATY
SRY SWARNI ABU BAKAR
FAHRI ANGRIAWAN
JURUSAN
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
M
A K A S S A R
2 0 11
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kelas Mammalia
merupakan hewan bertulang belakang dengan ciri-ciri morfologis yang
jelas dapat dibedakan dari kelas-kelas lain dari hewan vertebrata. Ciri paling
khas yang dipunyai secara anatomis
dan fisiologis adalah memiliki
kelenjar mammae untuk menyususi anaknya.
Salah satu ordo
dari kelas mammalian
yang dikenal sebagai bangsa sapi laut adalah Sirenia.
Ordo Sirenia (Bangsa
Sapi Laut) merupakan salah
satu mammalian berukuran besar yang
hidup di perairan
tropis di Samudera
Hindia dan Samudera
Pasifik. Salah satu spesies
dari ordo ini adalah duyung (Dugong
dugon, Muller 1766). Duyung ini memiliki
kekerabatan yang lebih dekat
dengan gajah daripada dengan mammalian
laut lainnya seperti paus dan lumba-lumba.
Duyung merupakan mammalian laut herbivora yang tercatat sebagai salah satu satwa langka dalam
Buku Data merah (Red
Data book) dari
IUCN (International Union
for Conservation of Nature
and Natural Resources)
(Thornback and Jenkins
1982). Populasi duyung semakin hari semakin berkurang yang diakibatkan
oleh perburuan dan kerusakan
habitat (Lanyon 1992,
Marsh 1993). Selain itu,
juga disebabkan karena perkembangbiakan duyung sangat lambat dan hanya melahirkan satu ekor anak
setiap kali melahirkan.
Duyung menggunakan
padang lamun (seagrass
beds) sebagai habitatnya
untuk mencari makan, dimana
makanan utamanya adalah
lamun (seagrass) (Lanyon
et al. 1989, Pren 1993). Oleh karenanya sangatlah jelas apabila padang lamun
rusak maka kehidupan duyung akan
terganggu, terutama dalam
penyediaan makanannya. Menurut Marsh
(1982), makanan utama duyung
adalah lamun dimana
lebih dari 90%
isi perut duyung terdiri dari
lamun dan sisanya adalah beberapa spesies algae (seaweed).
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Biologi
Duyung
Klasifikasi
duyung berdasarkan Muller (1766) dalam Diana 2007, adalah sebagai berikut:
Phylum
: Chordata
Class
: Mammalia
Ordo
: Sirenia
Family
: Dugongidae
Species
: Dugong dugon
Duyung
memiliki kepala yang
besar dengan mata yang
kecil dan hidung
yang besar. Duyung memiliki
penglihatan yang tidak terlalu jelas namun memiliki pendengaran yang sangat
baik. Pada duyung jantan dewasa dan
beberapa pada dugong betina terdapat gading kecil.
Menginjak masa kawin,
duyung jantan menggunakan
gadingnya untuk berkelahi
mendapatkan pasangannya. Duyung dapat mencapai umur 70 tahun, namun biasanya mati di
usia muda. Duyung memiliki
panjang tubuh 2,4
– 3,0 meter denganberat tubuh berkisar 230 – 908 kilogram
(www. Goggle.com. Dugong conservation).
2.2 Lamun
2.2.1
Pengertian Lamun
Istilah
lamun untuk seagrass, pertama kali diperkenalkan kepada para ilmuwan, peneliti dan akademisi
di perguruan tinggi
di perguruan tinggi
oleh Dr. Malikusworo Hutomo
Model konservasi
Untuk aspek sosial budaya
Perburuan yang
dilakukan oleh suku
aborigin bangsa Torres
Starit tersebut, jelas berbeda dengan
yang dilakukan oleh
pemburu yang bertujuan
untuk komersialisasi. Kalau yang
pertama, perburuan yang dilakukan hanya semata-mata untuk kepentingan adat dan
tentu saja jumlah
yang diburu tidak
akan banyak . Disamping
itu umumnya, masyarakat adapt
lebih memperhatikan keberlanjutan
spesies yang mereka
ambilseperti halnya masyarakat adapt
lain (misal dalam perburuan paus
di Nusa Tenggara Timur). Sedangkan yang
kedua, tentu saja perburuan yang
dilakukan tidak akan mempertimbangkan keberlenajutan spesies
tersebut, karena tujuan
utamanya adalah ekonomi semata.
Ekologi
Faktor lingkungan
lain yang memiliki dampak terhadap
ekologi Dugong adalah adanya pencemaran
air akibat limbah,
baik yang berasal
dari rumah tangga
(permukiman), usaha pertanian, kegiatan pariwisata maupun limbah pencemar dari tumpahan minyak penambangan. Dampak
dari limbah-limbah tersebut
selain akan mempengaruhi pertumbuhan lamun,
secara langsung akan
dapat menganggu hidup
dugong, baik secara fisiologis
atau gangguan pertumbuhan
yang bukan tidak
mungkin dapat menyebabkan
kematian. Dilaporkan bahwa akibat dari akumulasi
senyawa racun telah mengakibatkan terditeksi
adanya akumulasi merkuri
dan senyawa organoklorin
padadugong.
ekonomi
Dugong
selain dapat dijadikan makanan tradisional
juga memiliki segi ekonomi lainnya, seperti diambil minyaknya yang tidak
kalah bernilai. Jadi jelaslah tidak heran perburuan Dugong tetap berlangsung.
Melihat kondisi yang memprihatinkan dari populasi Dugong,maka dibuatlah
hukum internasional mengenai
pelestarian Dugong. Akan
tetapi, hal tersebut tidak
menyebabkan serta merta
terhentinya perburuan Dugong,
karena kenyataannya masih saja
terjadi perburuan illegal terhadap Dugong. Banyak
lembaga-lembaga sosial
masyarakat yang turun membantu dalam
upaya pelestarian mamalia tesebut.
Di Indonesia sendiri telah ada upaya untuk mendirikan
akuarium raksasa (sea world)
yang merupakan salah satu tempat pelestarian Dugong secara ex-situ,
sekaligus sebagai tempat rekreasi yang mengasyikan selain menguntungkan secara
finansial.
PENUTUP
• Dugong dugon
merupakan salah satu
mamalia laut yang
keberadaannya makin
memprihatinkan. Hal ini dapat jelas diketahui dengan masuknya spesies ini dalam
daftar Red Book dari IUCN dengan
kategori vulnerable menuju kepunahan
(extinction). Oleh karenanya
perlu dilakukan upaya
konservasi agar Dugong tidak
benar-benar menjadi punah.
•
Model
konservasi untuk dugong
harus memasukan tiga
aspek, yaitu aspek
ekologi, aspek sosial budaya
dan aspek ekonomi,
yang disesuaikan dengan
kondisi setempat (conditioning).
makasih kak jadi tau info ini
BalasHapussurah al kahfi