HASIL
PERAMETER KIMIA OKSIGEN TERLARUT (DO)
DI
PERAIRAN POPSA
MAKASSAR
LAPORAN LENGKAP
NAMA : STEVEN
NIM : L111 09 265
KELOMPOK : SATU (1)
LABORATORIUM
OSEANOGRAFI KIMIA
JURUSAN
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
PENDAHULAN
A. Latar
Belakang
Oseanografi kimia merupakan bagian
dari ilmu yang mempelajari sifat-sifat kimia laut dan komposisi sedimen laut. Dengan demikian oseanografi kimia perairan
pesisir diartikan sebagai sifat – sifat kimia perairan pesisir dan komposisi
sedimennya, faktor-faktor yang mempengaruhi dan interaksinya baik secara
fisika, kimia maupun biologi.
Air adalah suatu zat pelarut yang
bersifat berdaya guna, yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang
lebih besar daripada zat cair lainnya. Sifat ini dapat dilihat dari banyaknya
unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut. Diperkirakan hampir sebesar 50
triliun metric ton garam yang larut dalam air laut. Air laut juga mengandung
sejumlah besar gas-gas udara terlarut. Semua gas-gas yang ada di amosfer dapat
dijumpai di dalam air laut, walaupun jumlah mereka ini terdapat dalam
perbandingan yang tidak sama seperti yang ada di udara. Gas oksigen khususnya
sangat penting, karena sangat dibutuhkan bagi kehidupan organisme air. Umumnya
gas ini banyak dijumpai di lapisan permukaan, oleh karena itu oksigen yang
berasal dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi) ke dalam
air laut.
Oksigen terlarut
diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan,
reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya
kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota
laut, sehingga dapat menurunkan
kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya.
Mengingat pentingnya hal tersebut
terhadap organisme laut, maka dilakukanlah praktikum oseanografi kimia ini
untuk mengkaji lebih jauh mengenai kondisi oksigen terlarut (DO) yang berada di
perairan Popsa Makassar.
B. Tujuan
dan Kegunaan
Praktikum Oseanografi Kimia ini bertujuan untuk
menentukan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) di sekitar wilayah perairan
Popsa, Makassar.
Kegunaan dari Praktikum ini adalah
agar dapat memahami dan mengetahui cara menentukan dan indikator
kualitas air laut dengan melihat oksigen terlarut yang ada di dalam air
laut pada suatu wilayah perairan laut.
TINJAUAN PUSTAKA
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan
yang vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan. Oksigen terlarut diambil oleh organisme
perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat
mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk
hidup normal dalam lingkungan hidupnya.
Umumnya oksigen dijumpai di lapisan permukaan karena oksigen dari udara
didekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi ke dalam air laut). Phytoplankton juga membantu meningkatkan
kadar oksigen terlarut pada siang hari.
Penambahan ini disebabkan oleh
terlepasnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis (Hutabarat dan
Evans, 1985).
Menurut Odum (1971), tinggi rendahnya kadar oksigen di
dalam air banyak bergantung pada arus dan gelombang, suhu, salinitas,
kedalaman, serta potensi biotik perairan.
Ditambahan pula oleh Warjdono (1974) bahwa kelarutan oksigen dalam air
dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara maupun di
dalam air. Makin tinggi suhu, salitas,
dan tekanan parsial gas yang terlarut dalam air maka kelarutan oksigen dalam
air makin berkurang. Menurut Welch (1952), berkurangnya oksigen yang larut dalam
air adalah karena digunakan oleh organisme utuk proses perombakan bahan-bahan
organik yang larut maupun bahan-bahan
kotoran dasar.
Limbah organik sangat berpengaruh
pada jumlah oksigen terlarut karena secara alamiah, limbah organik berupa
mikroorganisme dapat mengdegradasi dan menguraikan limbah organik yang ada
sehingga proses dekomposisi oleh bakteri terhadap limbah organik itu dapt
menurunkan jumlah O2 yang ada.
Kekurangan oksigen ekibat dekomposisi limbah organik oleh bakteri dapat
diatasi dengan cara uptake/pengambilan O2 dari udara yang
dipenagruhi oleh tekanan aotmosfer ke dalam laut. Di daerah permukaan penambahan dan
pengurangan DO hanya bersumber dari aktivitas fotosintesis dari tumbuhan air
dan adanya perbedaan DO antara dasar dan permukaan (Anonim, 2010).
Menurut Dahuri (2001) bahwa
konsentrasi dan distribusi oksigen di laut oleh kelarutan gas oksigen dalam air
dan proses biologi yang mengontrol tingkat konsumsi dan pembebasan
oksigen. Proses fisik juga mempengaruhi kecepatan
oksigen memasuki dan terdistribusi di dalam laut.
Kandungan oksigen terlarut 2 mgr/L
adalah kandungan minimal yang cukup untuk mendukung kehidupan organisme
perairan secara normal. Agar kehidupan
dapat layak dan kegiatan perikanan berhasil maka kandungan oksigen terlarut
harus tidak boleh kurang daripada 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mgr/L
oksigen pada suhu 20 – 30 oC masih dipandang sebagi air yang
cukup baik utuk kehidupan ikan (Ismail, 1994).
Kualitas air suatu perairan pesisir dicirikan oleh
karakteristik kimianya, yang sangat dipengaruhi masukan dari daratan maupun
dari laut sekitarnya. Pada kenyataannya,
perairan pesisir merupakan penampungan
terakhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Karenya
karakteristik kimia perairan pesisir bersifat unik dan ditentukan oleh besar
kecilnya pengaruh iteraksi kegiatan -
kegiatan di atas serta kondisi hidrodinamika perairan pesisir,
seperti proses difusi, disolusi dan pengadukan terhadap substansi kimia.
Substansi kimia yang bersifat mudah terurai (BOD, NH3-N,
N-Organik, Surfaktan) akan mengalami dekradasi dan mineralisasi (menghasilkan
usur-usur C, H, N, S, P dan lain-lain).
Proses degradasi tersebut membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Bila suplai O2 lebih lambat
dibandingkan penggunaanya, maka akan terjadi keadaan anaerob (oxygen depletion) yang dapat menimbulakn
kematian massal biota laut karena kekurangan O2 terlarut untuk
respirasi (asphyxiation) (Dahuri,
2001).
A. Prinsip
Analisis
Dalam menetukan atau mengukur
gas Oksigen Terlarut suatu perairan, maka prinsip analisis yang diguanakan
yakni: Metode Winkler atau titimetri dan dengan menggunakan DO-meter. Pada
percobaan ini Prinsip analisis yang akan digunakan yakni metode Winkler atau
Titrasi dengan menggunakan Larutan.
B. Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan pada
percobaan ini yakni: botol oksigen, pipet tetes, labu erlenmeyer, buret, gelas
ukur dan pipet skala.
Bahan yang digunakan untuk percobaan
ini yakni terdiri dari: sampel air laut, tissu rool, aquadest, Larutan MnSO4
(Mangan sulfat), Larutan NaOH (Natrium
hidroksida) + KI, Larutan H2SO4 (Asam sulfat), Larutan
Na2S2O3 (Natrium tiosulfat) dan Larutan
Amylum (Kanji)
C. Prosedur
Kerja
Mengambil sampel air laut yang
telah diisi didalam botol BOD yang gelap, kemudian di tuang sampel air laut
tersebut ke dalam botol BOD yang bening agar dapat dilihat reaksi yang terjadi
setelah ditambahkan larutan. Kemudian langakah selanjutnya yakni menambahkan
larutan Mangan Sulfat (MnSO) dan larutan NaOH-KI sebanyak 2 ml dengan menggunakan
pipet tetes. Kemudian menutup kembali botol BOD tersebut, lalu mengaduk dengan
cara membolak-balik botol tersebut ± 20 kali. Membiarkan beberapa saat hingga
endapan cokelat terbentuk dengan sempurna.
Menambahkan 2 ml larutan asm
sulfat pekat (HSO) kedalam botol tersebut dengan hati-hati, setelah itu
mengaduk lagi botol tersebut dengan cara membolak-balik botol tersebut hingga
endepan yang berwarna cokelat tadi larut. Jika endepan belum larut semua, maka
perlu ditambahkan lagi 0,5 ml HSOpekat.
Setelah itu, mengambil sampel
tersebut yang sudah larut endepannya, kemudian dimasukkan kedalam erlemenyer.
Kemudian ditetesi amilum sebanyak ± 3 tetes, sehingga berubah warna menjadi
ungu. Setelah itu ditambahkan lagi larutan Natrium tiosulfat dengan menggunakan
buret sampai berwarna bening. Kemudia mencatat nilai penurunan skala pada
erlemeyer tersebut untuk dianalisa.
D. Perhitungan
Untuk
menentukan kadar Oksigen suatu perairan maka digunkan rumus:
Oksigen terlarut dalam mg/L =
Dimana:
A =
mL larutan baku natrium tiosulfat yang digunakan;
Vc = mL larutan yang dititrasi;
N =
kenormalan larutan natrium tiosulfat;
Vb =
volume botol BOD
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Rumus penentuan Oksigen Terlarut (DO)
suatu perairan yaitu ;
Oksigen
terlarut dalam mg/L =
Diketahui
A= 2,7 N= 0,025
Vc= 100 Vb= 250
Maka Oksigen Terlarut
dalam mg/L adalah:
DO
=
=
=
= 5, 270 mg/L
B. Pembahasan
Dari hasil praktiikum yng kami lakukan didapatkan hasil Oksigen Terlarut pada perairan
Popsa yakni 5,270 mg/L. Dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perairan
Popsa Makassar merupakan perairan dengan kualitas perairan dengan kategori
tercemar berat dengan kisaran 4,5 – 6,5 mg/l. Dari hasil ini membuktikan bahwa
Perairan Popsa Makassar telah tercemar oleh karena aktivitas manusia seperti pembuangan limbah rumah tangga,
limbah kapal, pembangunan pemukiman di sekitar perairan yang mengakibatkan laju
sedimentasi yang tinggi pada daerah ini. Hal ini dapat pula di lihat dengan
kandungan lumpur yang sangat tinggi. Secara fisik dapat dilihat dengan
kekeruhan airnya pada saat pengambilan sampel. Hasil ini pun
dapat dijadikan indokator bahwa perairan ini akan mempengaruhi kehidupan
organisme.
Hal ini sesuai dengan apa yang ungkapkan
Hutabarat dan Evans (1982) bahwa menurunnya kadar oksigen terlarut dapat
mengurangi efisien pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat
menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya agar
kehidupan organisme dapat normal maka kandungan oksigen terlarut harus tidak
boleh kurang dari 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mg/l oksigen pada suhu
20 – 30 0 C masih dipandang sebagai air yang cukup baik untuk
kehidupan.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan Oksigen Terlarut
yang kami lakukan pada tanggal 8 maret 2011, maka dapat disimpulkan bahwa
perairan Popsa Makassar termasuk Perairan yang Kadar Oksigennya rendah. Hal ini
diketahui dengan melihat nilai analisis yang didapatkan yakni 5,270 mg/L.
B. Saran
Saran saya sebaiknya asisten Untuk
Laboratorium diperbanyak lagi, jadi tiap kelompok dapat satu asisten yang dapat
membimbing dalam praktikum serta memeriksa Laporan Mingguan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Bahan Kuliah Pencemaran Laut. Fakultas Ilmu Kelautan, UNHAS, Makassar.
Dahuri, dkk. 2001. Pengelolaan
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.
Hutabarat dan Evans. 2002. Pengantar
Oceanografi. Universitas Indonesia,
Jakarta.
Ismail H. 1994. Studi Kelayakan Perairan Pulau Pajenekang
(Skripsi). UNHAS, Ujung Pandang.
Odum. EP.
1971. Fundamental of Ecology, N.B. Sounders Company, Washington: 574 PP.
keren keren infonya kak
BalasHapusjejak tapak militer