I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mikroorganisme
yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas,
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu
cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi
untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008).
Kebanyakan
bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya
bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan
untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu
fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat
warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian
dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat
juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini
dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu
spesies (Dwidjoseputro, 1994).
Mengingat
pentingnya hal tersebut, maka dibutuhan suatu keterampilan dalam mewarnai
bakteri yang akan kita amati. Oleh
karena itu maka perlu diadakan praktek
mikrobilogi laut untuk pengecatan mikroorganisme sehingga dapat dibedakan
dengan mudah struktur dan jenis bakteri dan jamur.
B. Tujuan dan
Kegunaan
Tujuandaripraktikummikrobiologiiniadalahuntuk mempelajari cara pewarnaan mikroorganisme dan
mengetahui perbedaan antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Sedangkankegunaandaripraktikummikrobiologidaripraktikuminiadalahsebagaibahanpembanding
antara teori dan prakteksesuai yang
didapatdalamreferensisertabahankuliahdengankenyataan yang ditemukan pada
hasilpraktek. Serta dapat melakukan
prosedur pewarnaan mikroorganisme dengan baik.
II TINJAUAN PUSTAKA
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik
pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
Menurut Yulneriwanti (2008), macam-macam pewarnaan terdiri dari:
1.
Pewarnaan negatif
Merupakan Bakteri tidak
diwarnai, tapi mewarnai latar belakang dan ditujukan untuk bakteri yang sulit
diwarnai, seperti Spirochaeta.
2.
Pewarnaan sedehana
Merupakan pewarnaan yang
menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) dan bertujuan hanya
untuk melihat bentuk sel.
3.
Pewarnaan diferensial
Merupakan pewarnaan yang menggunakan lebih dari satu
macam zat warna dan bertujuan untuk membedakan antar bakteri. Misalnya pada
bakteri tahan asam.
4.
Pewarnaan khusus
Merupakan pewarnaan yang hanya untuk mewarnai struktur
khusus/tertentu dari bakteri. Misalanya
kapsul, spora, flagel dan lain-lain.
Untuk mempelajari morfologi, struktur, sifat-sifat bakteri dalam membantu
mengidentifikasinya kuman perlu
diwarnai. Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan
gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan
antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae (filzahazny,
2008).
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan
zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri
gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal
(counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri
gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna
untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur
dinding sel mereka (filzahazny, 2008).
Teknik pewarnaan
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Disebut
demikian karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai
organisme. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana
karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang
digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen
kromofornya bersifat positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan
dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio,
basillus, dsb) dari bahan-bahan lainnya yang ada pada olesan yang diwarnai
(Hadiotomo, 1990).
Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai
latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme
kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan
morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan
atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan
dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan
lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (Hadiotomo,
1990).
Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang khas dibentuk oleh spesies
ini disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan
nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta bahan-bahan kimia.
Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras.
Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk
mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat
menembus endospora. Tetapi sekali pewarna memasuki endospora, sukar untuk
dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan ciri-ciri yang
digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri yang membentuknya
(Dwidjoseputro, 1989).
Menurut Hadiotomo (1990), ciri-ciri bakteri gram negatif dan bakteri gram
positif yaitu:
1. Bakteri Gram Negatif
a)
Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm,
berlapis tiga atau multilayer.
b)
Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%),
peptidoglikan ±terdapat didalam lapisan kaku,
sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10%
dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
c)
Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
d)
Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna
dasar misalnya kristal violet.
e)
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
f)
Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
2. Bakteri Gram Positif
a)
Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm,
berlapis tunggal atau monolayer.
Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
b)
Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
c)
Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna
seperti ungu kristal.
d)
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
e)
Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Sedangkan menurut Volk & Wesley (1998), pengecatan gram dilakukan
dalam 4 tahap yaitu:
1.
Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet)
berwarna ungu.
2.
Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan
mordan JKJ.
3.
Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4.
Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin
III. METODE PRAKTEK
A. Waktu dan
Tempat
Praktek Mikrobiologi laut dilaksanakan pada hari Selasa12April 2011pukul 09.20 – 12.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Laut,
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
B.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah objek gelas
berfungsi untuk menaruh sampel,
gegep berfungsi untuk menjepit
objek glass, pipet tetes berfungsi
untuk mencampur laurutan pada sampel, ose bulatberfungsi untuk
memindahkan bakteri pada preparat, lampu bunsen berfungsi
untuk mensterilkan alat dan
mikroskop berfungsi untuk mengamati bakteri dan
jamur.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
kapas, tissue rolll, larutan alkohol 70 % dan 96 % (Gram C), kristal
violet (Gram A),mordant lugols lodine (Gram B), safranin (Gram D), immerson oil dan kertas serap.
C. Prosedur Kerja
Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian mensterilkan gelas objek, kover
glass dengan menggunakan larutan alkohol 70% kemudian dikeringkan dengan tissue.Setelah
itu meneteskan 1 tetes aqudes diatas objek glass kemudian mengambil sampel
bakteriBacillus subtilisdengan
menggunakan ose, kemudian di letakkan diatas objek glass yang berisi aquades
tersebut. Setelah itu, kemudian memanaskan objek glass tersebut di atas lampu
bunsen sampai kering dengan menggunakan gegep kayu.
Setelah
kering dan dingin kemudian diteteskan Gram A (Larutan Kristal Violet) sebanyak
2-3 tetes dan dibiarkan selama 1 menit.
Setelah sudah 1 menit kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan.
Kemudian diteteskan lagi larutan Gram B (Larutan Mordant Lugol’s Iodine) dan dibiarkan selama 2 menit. Setelah sudah
2 menit kemudian dicuci lagi dengan air mengalir dan dikeringkan. Setelah itu diteteskan
lagi larutan Gram C (Larutan Alkohol 96%) dan dibiarkan selama 15 detik.
Setelah sudah 15 detik, kemudian dicuci lagi dengan air mengalir dan
dikeringkan. Kemudian setelah itu, diteteskan lagi larutan yang keempat yaitu
larutan Gram D (Larutan safranin) dan dibiarkan
selama 30 detik. Setelah sudah 30 detik kemudian dicuci dengan air mengalir dan
dikeringkan dengan menggunakan kertas serap.
Setelah
objek glass tersebut sudah kering, maka langkah selanjutnya yaitu menutup objek
glass dengan menggunakan cover glass, kemudian di letakkan diatas mikroskop dan
ditetesi minnyak imersi, lalu diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
LaboratoriumMikrobiologiLaut
JurusanIlmuKelautan
Universitas Hasanuddin
|
|
Perbesaran 1:100
|
Keterangan:
|
Gambar Bakteri Bacillus subtilis
|
|
B.
Pembahasan
Pada percobaan pewarnaan mikroorganisme ini digunakan
istilah Larutan Gram A, B, C dan D. Masing-masing larutan kristal violet, larutan
Mordant Lugol’s Iodine, larutan alkohol
96% dan larutan safranin. Tujuan utama pemberian warna pada bakteri ini yakni
untuk mengetahui bakteri yang termasuk gram positif dan gram negatif. Pada
bakteri gram positif akan mengikat zat warna utama (kristal violet) dan bakteri
gram negatif akan mengikat zat warna safranin (warna merah).
Sedangkan pada hasil diatas didapatkan bahwa bakteri
Bacillus subtilis termasuk gram positif. Hal ini ditandai dengan warna yang
diikat yaitu warna utama (kristal violet). Bakteri tersebut berbentuk lonjong,
berkoloni dan berwarna ungu.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum pewarnaan mikroorganisme
dengan menggunakan sampel bakteri Bacillus subtilis dapat disimpulkan bahwa
bakteri Bacillus subtilis termasuk bakteri gram positif. Hal ini ditandai
dengan warna yang diserap yaitu zat warna utama (kristal violet) atau warna
ungu. Bentu bakteri tersebut bulat lonjong dan berkoloni.
B.
Saran
Sebaiknya mikroskop diperbanyak lagi, agar tidak
terlalu lama (antri) dalam melakukan pengamatan untuk tiap kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, S., 1989, Mikrobiologi Dasar. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Hadiotomo, Ratna Siri., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Pt Gramedia.
Jimmo., 2008, http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _
BLoG KiTa.mht,. [diakses pada tanggal 14 April 2011].
Fauziah., 2008, www.fkugm2008.com/wp‑content/uploads/HSC/1‑2x/6/Praktikum6.pdf.
[diakses pada tangan 14 April 2011].
Filzahazny., 2008, , http:/wordpress.com/Pengantar-tentang-bakteri.htm.
[di akses pada tanggal 14 April 2011].
Rizki., 2008, http ://ngecat
bakterimakul-rizki.blogspot.com/2008/02/materi- kuliah.html. [diakses pada
tanggal 10 April 2011].
Volk, Wesley A dan Margareth F. Wheeler., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
Yulneriwanti., 2008, http://01-bakteri.html. [diakses pada tanggal
15 April 2011].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar